Kamis, 18 Maret 2010

Bisikan Syaithan Merasuki Kaum Shufi

Syaikh Rabi' bin Hadi al Madkhali


Ibnul Jauzy berkata dalam kitab Talbisul Iblis [1] :

Kemudian datang beberapa kaum -dari kalangan tasawuf- mereka berbicara tentang rasa lapar, suara hati, dan pikiran mereka seperti Al Harits Al Mahasibi.

Kemudian datang kaum yang lain, mereka mendidik madzhab tasawuf dengan memberikan ciri-ciri dan sifat khusus seperti bajunya yang ditambal, musik, suka cita, goyang, dan tepuk tangan serta berlebihan dalam kebersihan dan bersuci.

Kemudian hal itu berkembang dan para syaikh memberikan kepada mereka berbagai aturan dan menceritakan apa yang telah mereka alami. Bahkan mimpi bagi mereka adalh ilmu yang sempurna sehingga mereka menampakkan ilmu batin sedangkan ilmu syariat adalah ilmu zhahir.

Di antara mereka ada yang karena rasa lapar mereka mengeluarkan imajinasi yang rusak, mereka mengaku merindukan kebenaran dan berbagai keinginan. Sebagaimana mereka menghayalkan seorang yang berwajah tampan dan mereka sangat menginginkan bertemu dengannya. Mereka itu terjatuh di antara kufur dan bid'ah.

Kemudian hal ini bercabang dengan berbagai tarekat sehingga akidah mereka rusak bahkan ada di antara mereka yang mengatakan bahwa ia sudah menyatu dengan Rabb.

Iblis selalu membisikkan mereka dengan seni bid'ah sehingga mereka mejadikannya sebagai sunnah-sunnah bagi mereka.

Kemudian Abu Abdurrahman as Salma menulis untuk mereka sebuah kitab As Sunan, ia menulis bagi mereka Haqaiqut Tafsir. Yang menyebutkan mengenai mereka bahwa terdapat hal yang mengherankan dalam tafsir mereka tentang Al Quran tentang apa yang terjadi pada mereka dengan tidak bersandar kepada dasar- dasar ilmu. Melainkan mereka memahaminya berdasarkan manhaj mereka, mereka merasa bangga karena kewaraan mereka terhadap makanan dan mengeluarkan hukum dari Al Quran.

Abu Manshur Abdurrahman Al Qazzaz mengabarkan kepada kami dari Abu Bakar Al Khatib dari Muhammad bin Yusuf Al Qaththan An Naisaburi ia berkata, "Dahulu Abdurrahman As Salma tidak tsiqah, ia tidak mungkin mendengar dari orang yang bisu kecuali suara yang sangat pelan sekali."

Ketika Al Hakim Abu Abdullah Ibnul Bai' meninggal dunia, ia tidak bercerita dari orang bisu. Tentang sejarah Yahya Ibnu ma'in dan tentang banyak hal yang lainnya. Ia memalsukan banyak hadits bagi pengikut tasawuf.


Penulis (yaitu Ibnul Jauzi) berkata : Abu Nashr menulis untuk mereka sebuah kitab yang diberi nama Lam'ush Shufiyah, di dalamnya terdapat keyakinan yang buruk dan pernyataan yang sesat yang akan kami sebutkan secara global.


Abu Ayyub Al Makki juga menulis bagi mereka kitab Qutul Qulub, di dalamnya terdapat hadits-hadits bathil dan tidak ada sandarannya (sanad) misalnya mengenai sholat-sholat siang dan malam dan masalah lainnya yang tidak jelas dalilnya. Disebutkan pula tentang keyakinan yang rusak dan sering diulang pernyataan, "sebagian orang yang sudah mencapai kasyaf berkata".


Ini adalah omong kosong, di dalamnya juga disebutkan dari sebagian shufi bahwasanya Allah Azza wajalla menampakkan diri di dunia kepada para wali-Nya.


Abu Manshur Abdurrahman Al Qazzaz mengabarkan kepada kami dari Abu Bakar Al Khatib ia berkata Abu Thahir Muhammad Ibnul 'Allaf mengatakan bahwa Abu Thalib Al Makki memasuki kota Bashrah setelah wafatnya Abu Husain bin Salim lalu ia mengakui pendapat Abu Al Husain. Kemudian ia datang ke kota Baghdad lalu orang- orang pun berkumpul di majelisnya dan menerima pendapat-pendapatnya di antaranya: "Tidak ada makhluk yang lebih berbahaya daripada Khaliq"


Maka orang menganggapnya sebagai ahli bid'ah dan mengucilkannya lalu dilarang berbicara di hadapan khalayak ramai.


Al Khatib berkata, "Abu Ayyub Al Makki juga menulis kitab Qutul Qulub, menurut pendapat ahli shufi di dalamnya terdapat banyak hal yang mungkar yang menganggap buruk sifat-sifat Allah."


Ibnul Jauzi berkata : Abu Nu'aim Al Ashbahani menulis sebuah kitab Al Hilyah di dalamnya terdapat aturan-aturan tasawuf yang banyak mengandung kemungkaran dan keburukan, Tidak malu menyebutkan Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali serta para pembesar shahaba Radhiallahu'anhum di dalamnya. Disebutkan pula mengenai hal-hal yang mengherankan dan disebutkan penjelasan Al Qadhi, Al Hasan Al Bashri, Sufyan Ats Tsauri dan Ahmad bin Hanbal juga As Salma di dalam Tabaqush Shufiyah, Al Fadhil, Ibrahim bin Adham, dan Ma'rufan Al Karkhi lalu ia mengkategorikan bahwa mereka sebagai pengikuti shufi dan menjelaskan bahwa mereka termasuk orang-orang yang zuhud.

Tasawuf adalah suatu madzhab yang terkenal dengan kezuhudan yang berlebihan dan perbedaan antara mereka adalah bahwa tidak ada seorangpun yang mencela kezuhudannya sementara mereka mencela tasawuf. penjelasan hal ini akan disebutkan nanti.

Abdul Karim bin Hawazin Al Qusyairi mengarang sebuah kitab Ar Risalah, di dalamnya terdapat banyak hal yang sangat aneh mengenai alam fana dan alam baka, kematian, perkumpulan, perpisahan, sadar atau mabuk, rasa dan minum, menghapus dan menetapkan, tampak (tajally), hadir (muhadhirah) dan menyingkap (mukasyafah), gambaran, syari'ah, dan hakikat sampai kepada kekacauan yang tidak ada artinya dan tafsirnya lebih aneh lagi.

Kemudian Muhammad bin Zhahir Al Maqdisi yang menulis Shafwatut Tasawuf, di dalamnya terdapat hal-hal yang tidak layak disebutkan oleh orang yang mempunyai akal, kami menyebutkan apa yang baik untuk disebutkan pada tempatnya.

Ia berkata dalam kitab Al Mushfih bil Ahwal bahwasanya pengikut aliran sufi dalam keadaan sadar akan dapat melihat malaikat dan arwah para nabi, mendengar suara mereka, mengambil berbagai faidah dari mereka. Kemudian naik derajatnya dari melihat bentuk kepada derajat yang lebih tinggi yaitu pembicaraan.

Ibnul Jauzi berkata : Mereka menulis semua itu dengan sedikitnya ilmu mereka terhadap sunnah, Islam dan atsar para shahabat. Penerimaan terhadap menurut suatu kaum, mereka anggap baik hanya karena terdapat dalam jiwa yang zuhud. Dan merka tidak melihat keadaan yang lebih baik dari keadaan mereka tidak pula ada suatu perkataan yang lebih tinggi dari perkataan mereka sedangkan sejarah salaf adalah jenis yang kasar menurut mereka. Kecenderungan manusia kepada mereka sangat besar ketika kami sebutkan bahwa itu adalah tarekat yang kelihatannya bersih dan taat beribadah namun di dalamnya terdapat kelalaian dan alunan musik sedangkan tabiat manusia cenderung kepada keduanya itu.

Dahulu pengikut aliran shufi menjauhi para penguasa namun sekarang menjadi teman dekat mereka.

Sebagian besar kitab-kitab mereka ditulis tanpa ada landasannya melainkan berdasarkan kejadian-kejadian yang mereka ambil dari sebagian yang lain. Mereka menamakannya dengan imu batin.

Dan ada sebuah perkataan dengan sanad sampai kepada Abu Ya'qub Ishaq bin Hayyah ia berkata: Aku mendengar Ahmad bin Hanbal pernah ditanya tentang was- was dan bisikan hati. Maka beliau menjawab, "Hal tersebut tidak pernah dibicarakan oleh para shahabat dan tidak juga para tabi'in."

[Dinukil dari kitab Manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah fi Naqdir Rijal wa Al Kutub wa Ath Thawaif, Edisi Indonesia Manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah Dalam Mengkritik Tokoh, Kitab, dan Aliran, Penulis Syaikh Rabi' bin Hadi Umair al Madkhali, Judul oleh Admin Blog Sunniy Salafy]

0 komentar: